Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. di Selebung: Meneladani Perjuangan dan Kesederhanaan Nabi
Selebung, 6 September 2025
Masyarakat Desa Selebung kembali menunjukkan gegap gempita iman dan cinta. Di tengah hamparan sawah yang menghijau dan udara pegunungan yang sejuk, masyarakat berkumpul dengan khidmat untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Namun, peringatan tahun ini bukan sekadar seremonial belaka. Ia diangkat menjadi sebuah momen refleksi kolektif untuk menggali kembali dan mengimplementasikan inti ajaran Nabi: keteladanan dalam perjuangan hidup dan kesederhanaan.
Suasana di Masjid-masjid dan Musholla Dusun sewilayah Desa Selebung, dipenuhi dengan aura spiritual. Ustadz atau Tuan Guru yang didapuk sebagai pembicara atau pengisi tausiah tidak hanya menyampaikan sejarah kelahiran Nabi, tetapi lebih menekankan pada kontekstualisasi nilai-nilai kenabian dalam kehidupan bermasyarakat di Desa Selebung yang agraris.
Menghidupkan Kembali Semangat Perjuangan (Ijtihad)
Dalam ceramahnya, seringkali disinggung bagaimana perjuangan Nabi Muhammad SAW penuh dengan tantangan, mulai dari dakwah yang ditolak, dicemooh, hingga harus berhijrah. Nilai perjuangan atau jihad dan ijtihad (bersungguh-sungguh) inilah yang ingin ditanamkan.
Bagi masyarakat Selebung, perjuangan itu diterjemahkan dalam konteks kekinian:
1. Perjuangan Ekonomi: Bekerja keras dan bersungguh-sungguh mengelola lahan pertanian, beternak, atau berwirausaha dengan penuh kejujuran (amanah). Tidak mudah menyerah pada gagal panen atau fluktuasi harga, tetapi terus berinovasi mencari solusi.
2. Perjuangan Melawan Kebodohan: Bersama-sama menyekolahkan anak-anak ke jenjang yang lebih tinggi, mendorong pemuda untuk giat belajar, dan memberantas buta huruf Al-Qur'an di kalangan anak-anak dan dewasa. Perjuangan menuntut ilmu adalah warisan Nabi yang paling utama.
3. Perjuangan Membangun Solidaritas: Berjuang melawan sikap individualistik dan egois. Gotong royong membersihkan lingkungan, membantu tetangga yang kesulitan, dan menyelesaikan masalah sosial dengan musyawarah adalah bentuk perjuangan modern untuk mempertahankan tali silaturahmi.
Meneladani Kesederhanaan (Zuhud) yang Penuh Makna
Sisi lain yang menjadi sorotan adalah kesederhanaan hidup Nabi. Ia adalah pemimpin umat yang hidupnya tidak bermewah-mewah, tidur di atas alas yang sederhana, dan selalu merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Nilai zuhud (tidak tergila-gila pada dunia) ini sangat relevan di era sekarang.
Implementasinya di Desa Selebung dapat dilihat dari:
1. Hidup yang Tidak Berfoya-foya: Masyarakat diajak untuk menghindari budaya konsumtif dan menghambur-hamburkan harta. Syukuran Maulid Nabi sendiri diselenggarakan dengan sederhana, menghidangkan makanan khas desa tanpa perlu berlebihan, lebih mengutamakan keikhlasan.
2. Hemat dan Bersahaja: Mengelola keuangan keluarga dengan prinsip hemat dan bersahaja. Lebih baik menabung untuk masa depan anak atau menyedekahkan kelebihan rezeki daripada digunakan untuk gaya hidup yang tidak perlu.
3. Menjauhi Sikap Sombong dan Pamer: Kesederhanaan Nabi adalah cerminan dari kerendahan hati. Dalam bermasyarakat, warga Selebung diajak untuk tidak saling pamer harta atau jabatan, tetapi saling menghargai sebagai sesama makhluk yang sederajat di hadapan Allah.
Momentum untuk Memperkuat Kohesi Sosial
Peringatan Maulid Nabi di Selebung juga menjadi momentum pemersatu. Semua kalangan, tua-muda, kaya-miskin, berkumpul dalam satu majelis. Usai ceramah dan pembacaan sholawat, biasanya acara ditutup dengan jamuan makan bersama dari dulang atau sajian yang dibawa oleh masyarakat dari rumah masing-masing . Tradisi ini simbol dari persatuan dan kesetaraan. Dalam kesederhanaan duduk bersama dan menikmati hidangan, terpupuk rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang erat, mencerminkan ukhuwah islamiyah yang dicontohkan Nabi.
Dari Seremonial Menuju Aksi Nyata
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Selebung telah berhasil melampaui batas ritual. Ia telah bertransformasi menjadi ruang belajar komunitas, pengingat kolektif, dan motivasi untuk action.
Semangat perjuangan dan kesederhanaan Nabi bukanlah dongeng masa lalu, melainkan pedoman hidup yang praktis. Dengan meneladani kedua nilai ini, masyarakat Desa Selebung tidak hanya memperingati kelahiran Nabi secara lahiriah, tetapi juga berusaha "melahirkan" kembali karakter dan spirit kenabian dalam setiap tindakan mereka sehari-hari. Inilah esensi sebenarnya dari peringatan Maulid Nabi: menjadikan Nabi sebagai teladan hidup, bukan hanya sebagai sosok yang dikenang.
Semoga spirit ini terus bertumbuh, dengan menjadikan momen-momen keagamaan sebagai batu pijakan membangun masyarakat yang lebih baik, penuh perjuangan, sederhana, dan penuh cinta.
By: Gusde
Husen
23 Agustus 2025 19:48:56
Kereen...