Yasinan Ritus Spiritual yang Menyuburkan Kebaikan di Akar Rumput Desa Selebung Madani
Di tengah gemerlap dunia modern, di sudut-sudut desa yang tenang, ada satu tradisi yang tetap teguh berdiri, menjadi penyejuk jiwa dan pengikat tali persaudaraan: Yasinan. Lebih dari sekadar rutinitas membaca Surat Yasin, kegiatan mingguan atau bulanan ini telah menjelma menjadi media spiritual yang ampuh untuk menumbuhkan dan menyebarkan benih-benih kebaikan di tengah masyarakat pedesaan.
Bukan Sekadar Membaca, Melainkan Meresapi
Inti dari Yasinan tentu adalah pembacaan Surat Yasin, salah satu surat dalam Al-Qur'an yang memiliki keutamaan khusus dalam tradisi umat Islam, terutama di Nusantara. Ayat-ayatnya yang penuh makna tentang kekuasaan Allah, hari akhir, dan kisah perjuangan dakwah, dibacakan dengan lantun yang khusyuk. Namun, esensinya jauh lebih dalam. Yasinan adalah momen untuk:
1. Tadabbur dan Tafakkur:
Mengajak peserta merenungkan makna ayat-ayat yang dibaca, mengingat kebesaran Allah, dan merefleksikan kehidupan.
2. Dzikir dan Doa Bersama:
Menghadirkan ketenangan jiwa melalui dzikir kolektif dan melantunkan doa-doa untuk kebaikan bersama – keselamatan desa, kemakmuran, kesehatan, dan terutama untuk arwah keluarga atau warga yang telah berpulang.
3. Memperkuat Ikatan dengan Ilahi:
Menjadi sarana untuk mengisi kembali "baterai spiritual", mengingatkan akan tujuan hidup yang hakiki, dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Kawah Candradimuka Kebaikan Sosial
Keunikan dan kekuatan Yasinan di desa terletak pada kemampuannya melampaui dimensi ritual semata dan menjadi katalisator kebaikan sosial yang nyata:
1. Media Silaturahmi yang Hangat:
Dalam kesederhanaan duduk lesehan di teras rumah, balai warga, atau mushola, Yasinan menjadi ajang bertemunya warga dari berbagai usia dan latar. Gosip digantikan oleh obrolan penuh hikmah, saling sapa, dan kepedulian. Ikatan kekerabatan (ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah) diperkuat secara alami.
2. Sarana Gotong Royong dan Kepedulian:
Seringkali, Yasinan menjadi titik awal untuk menggalang bantuan. Ketika ada warga yang sakit, tertimpa musibah, atau membutuhkan dana untuk keperluan mendesak (seperti biaya pengobatan atau pendidikan), informasi tersebar di majelis ini. Pengumpulan dana secara spontan (arisan sosial/infak jariyah) menjadi bukti nyata solidaritas yang lahir dari kehangatan spiritual Yasinan.
3. Penjaga Stabilitas Sosial:
Suasana damai dan penuh keberkahan dalam majelis Yasinan membantu meredam potensi konflik. Peserta diajak untuk introspeksi, memaafkan, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang baik (ishlah). Spiritualitas yang terbangun menjadi benteng terhadap pengaruh negatif.
4. Pelestarian Budaya dan Kearifan Lokal:
Yasinan adalah warisan budaya Islam Nusantara yang kaya. Pelaksanaannya yang khas, dengan menggunakan bahasa lokal dalam tausiyah atau doa, serta sajian sederhana khas desa (seperti kopi dan kue tradisional), turut melestarikan identitas dan kearifan lokal.
Melahirkan Kebaikan yang Berkelanjutan
Kebaikan yang "dilahirkan" dari rutinitas Yasinan ini bersifat berkelanjutan dan multi-dimensional:
* Kebaikan Spiritual:Peningkatan keimanan, ketakwaan, dan ketenangan batin individu.
* Kebaikan Sosial: Tumbuhnya solidaritas, gotong royong, kepedulian, dan kerukunan warga.
* Kebaikan Moral: Terjaganya nilai-nilai luhur dan adab dalam bermasyarakat.
* Kebaikan Lingkungan: Semangat menjaga kebersihan dan keindahan tempat ibadah atau lokasi Yasinan.
Penutup: Tradisi yang Tetap Relevan
Di tengah arus perubahan, tradisi Yasinan di desa-desa membuktikan relevansinya yang tak lekang oleh waktu. Ia bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan sebuah ekosistem spiritual-sosial yang hidup. Dari akar keimanan yang disirami dengan bacaan Yasin dan dzikir, tumbuhlah pohon kebaikan yang rindang: dahan silaturahmi yang kokoh, daun kepedulian yang menghijau, dan buah gotong royong yang manis. Yasinan menjadi bukti nyata bahwa spiritualitas, ketika dihidupkan secara kolektif dan tulus, memiliki daya transformatif yang luar biasa untuk melahirkan dan menyuburkan kebaikan di tengah masyarakat, dimulai dari desa yang paling bersahaja. Ia adalah warisan berharga yang patut dijaga, dihidupkan, dan terus disemai, agar kebaikan senantiasa tumbuh subur di bumi pertiwi.
Edy Sanjaya
08 Agustus 2025 23:13:42
Semoga Allah SWT mencurahkan cinta dan kasih sayangnya kepada pemimpin dan semua perangkat desa selebung.
Admin (Administrator)
08 Agustus 2025 23:23:14 | Amin Bung Edi Sanjaya, semoga kita semua dalam keberkahan, Terima kasih :)